Sebuah Kesaksian Pendampingan Staf Tananua Flores
( Oleh : Anselmus Kaki Reku )
Mbobhenga|Ende. Di puncak gunung, tepatnya di Desa Mbobhenga, Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende, udara sejuk menyelimuti kehidupan masyarakat yang dikelilingi hutan lindung dengan keanekaragaman hayati yang masih terjaga.
Desa kecil berpenduduk 322 jiwa ini mayoritas dihuni oleh petani dari etnis Nagekeo. Mereka mengandalkan pangan lokal seperti padi, jagung, sorgum, umbi-umbian, serta kacang-kacangan, disertai komoditas unggulan berupa cengkeh, kopi, kelapa, pala, dan vanili.
Namun, kehidupan bertani di desa ini tidaklah mudah. Sejak dahulu petani setempat melakukan kegiatan pemanfaatan potensi pertanian secara gotong royong melalui kelompok Tani, mulai dari Persiapan lahan, penanaman, perawatan sampai pada panen dan pascapanen.
Kebangkitan Melalui Kelompok
Sejak tahun 2020, LSM Tananua Flores hadir mendampingi masyarakat Mbobhenga dengan pendekatan berbasis kelompok. Salah satunya adalah Kelompok Tani Setia di Dusun Orakose.
Kelompok yang terbentuk sejak 2015 ini kini beranggotakan 21 orang (12 laki-laki dan 9 perempuan) dan menjadi motor penggerak bagi kelompok-kelompok tani lainnya di desa.
Rutinitas mereka tidak hanya sekadar bekerja bergilir di kebun, tetapi juga diisi dengan pertemuan rutin 3 bulan evaluasi, penyusunan rencana kerja.
Keberadaan mereka menjadi contoh nyata bahwa kemandirian petani dapat tumbuh dari solidaritas dan kebersamaan.
Dapur Sehat dari Halaman Rumah
Salah satu terobosan kelompok ini adalah mendorong para ibu rumah tangga anggota kelompok untuk memanfaatkan pekarangan rumah. Dengan bimbingan Tananua Flores, sejak Januari 2025 mereka mulai menanam sayuran hortikultura menggunakan pupuk dan pestisida organik hasil olahan sendiri.
Prosesnya dimulai dari diskusi ideologi tentang pentingnya pertanian cerdas iklim, dilanjutkan praktik pembuatan pupuk, pengolahan lahan, hingga penanaman sayur secara gotong royong.
Meski bantuan dari Tananua Flores hanya berupa stimulan sederhana seperti benih, ember, dan terpal, anggota kelompok tetap bersemangat menyiapkan sisanya secara swadaya.
Hasilnya, pada bulan April 2025 mereka melakukan panen perdana. Sayuran segar tidak dijual, melainkan dikonsumsi oleh keluarga masing-masing, bahkan sebagian dibagikan untuk kegiatan desa bersama PKK.
Bukti Nyata Peran Ibu
Apa yang dilakukan para ibu kelompok tani Setia tampak sederhana, namun dampaknya sangat besar. Mereka berhasil membuktikan bahwa dapur sehat keluarga bisa diwujudkan dari halaman rumah sendiri.
Lebih dari itu, mereka menunjukkan kepada suami dan anak-anak bahwa konsumsi pangan organik lebih menyehatkan sekaligus menghemat pengeluaran keluarga.
Kini, dapur sehat keluarga sejahtera bukan lagi sekadar konsep, tetapi nyata hadir di Desa Mbobhenga. Para ibu memberi teladan bahwa pertanian cerdas iklim dapat dimulai dari lingkup terkecil: halaman rumah dan dapur keluarga.
Kelompok tani Setia membuktikan bahwa kemandirian pangan tidak harus menunggu program besar, tetapi bisa tumbuh dari inisiatif kecil yang dilakukan bersama.
Semangat gotong royong, kreativitas, dan komitmen menjaga kesehatan keluarga menjadikan Desa Mbobhenga contoh hidup tentang bagaimana masyarakat desa mampu menghadapi tantangan dengan solusi yang sederhana namun berdampak.
Testimoni dari seorang anggota kelompok tani setia
“ Maria Goreti Mei “ (Anggota Kelompok Tani Setia )
“selama ini kami makan sayur, tomat, lombok dari pekarang rumah kami, hasil yang kami tanam bersama dampingan Tananua Flores.
Awalnya kami hanya berpikir untuk menjalankan kegiatan, namun hasil yang kami tanan sudah bisa menghemat uang untuk belanja dapur kami.
Kami juga senang karena kami bisa diajarkan untuk kerja pupuk, dan pestisida sendiri. Hasil sayur yang kami beli di pasar berbeda rasanya dengan yang kami tanam sendiri.
Selasa, 19/8/2025
••• Penulis : AKR